Nama
Ahli
|
Pengertian
Wacana (discourse)
|
Kridalaksana
(dalam
Sumarlam dkk,
2009:5).
|
Satuan
bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar
dalam hierarki gramatikal.
|
JamesDeese
(dalam Sumarlam dkk, 2009:6)
|
Seperangkat
proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau
rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.
|
Djajasudarma
(1994:1)
|
Rentetan
kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi
yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih
kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau
wacana.
|
Alwi, dkk
(2000:41)
|
Rentetan
kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu.
|
Oka dan
Suparno
(1994:31)
|
Satuan
bahasa yang membawa amanat yang lengkap
|
Sumarlam, dkk
(2009:15)
|
Satuan
bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah,
khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat,
dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk
bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna)
bersifat koheren, terpadu.
|
Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam
wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana
dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan
sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.
B.
Pandangan tentang Analisis Wacana
Berdasarkan ketiga pandangan tersebut, David 1994
(dalam Arifin, 2012: 10) mengklasifikasikan menjadi dua paradigma, yaitu paradigma
formal dan paradigma fungsional sebagai berikut :
STRUKTURAL
|
FUNGSIONAL
|
Struktur bahasa (kode) sebagai tata
bahasa.
|
Struktur tuturan sebagai cara berbicara.
|
Hanya sebagai alat yang dapat berkorelasi apa yang dianalisis sebagai kode
mendahului analisis penggunaan
|
Analisis penggunaan didahulukan, kemudian analisis kode.
|
Fungsi referensi semantik dipakai sebagai normanya
|
Pengorganisasian fitur-fitur tambahan memperhatikan kode dan digunakan
secara integral.
|
Element struktur dianalisis (perspektif historis atau universal).
|
Stilistik dan fungsi sosial.
|
Fungsi (adaptasi), ada keseimbanagan bahasa; semua bahasa pada
hakikatnya sama.
|
Elemen dan strukturnya sebagai pendekatan etnografis
|
Kode bersifat homogen dan komunitas yang seragam.
|
Fungsi (adaptasi), bahasa bervariasi, gaya, aktual, tidak semuanya
sama.
|
|
Komunitas tuturan sebagai gaya bahasa.
|
C. Strategi dalam Analisis Wacana
Dalam pokok bahsan ini, Jorgensen dan Phillips (2007:
267-270) menyajikan empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana
dengan berbagai pendekatan.Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Pembandingan
Yakni membandingkan dengan teks-teks lain secara
teoritis didasarkan pada sudut pandangan strukturalis.
2.
Subtitusi
Yakni bentuk pembandingan analis menciptakan teks
sebagai pembandingnya.Dalam strategi ini kita bergerak kea rah berlawanan
dengan menyisipkan beberapa kata yang dipilih ke dalam teks, kita mendapatkan
kesan bagaimana kata-kata itu mengubah makna teks dan dengan demikian kita memperoleh
kesan bagaimana kata-kata yang benar dipilih itu menciptakan makna-makna
tertentu dalam teks bersangkutan.
3.
Membesar-besarkan sesuatu yang terperinci
Kita bisa membesar-besarkan sesuatu yang terperinci
tersebut dan kemudian menanyakan kondisi-kondisi apa yang diperlukan agar ciri
tersebut masuk akal dan tentang interpretasi apa yang sekiranya secara
keseluruhan cocok dengan ciri tersebut.
4.
Vokalitas ganda
Menggambarkan logika kewacanaan atau suara-suara yang
berbeda dalam teks.Strategi ini didasarkan pada premis analisis wacana tentang
antartekstualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar