PENGERTIAN TEKS, KOTEKS, Dan KONTEKS
SERTA HUBUNGAN KETIGANYA DALAM KAJIAN WACANA.
A.
Pengertian Teks, KoTeks, dan Konteks
a.
Pengertian Teks
Kridalaksana
(2011:238) dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah (1) satuan
bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata, dan
sebagainya yang membentuk ujaran, (3)
ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Berdasarkan tiga pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian teks adalah satuan bahasa yang berupa bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan yang dahasilkan
dari interaksi atau komunikasi manusia.
Contoh teks
tulis
Mata Kuliah Sintaksis merupakan mata
kuliah yang wajib ditempuh dalam program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. mata kuliah ini, membahas tentang seluk beluk pembentukan kalimat.
Contoh teks
lisan.
“Bang bakso 2 gak pakek kubis dan kuahnya dikit aja”
b. Pengertian
Koteks
Kridalaksana (2011:137), koteks
diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mendahului dan/atau mengikuti
sebuah unsur lain dalam wacana. Koteks merupakan teks yang mendampingi teks lain dan mempunyai keterkaitan
dan kesejajaran. Keberadaan teks yang terkait dengan koteks terletak pada
bagian depan (mendahului) atau pada bagian belakang teks yang mendampingi. Contohnya pada kalimat “Selamat
Datang” dan “Selamat Jalan” .
Kedua kalimat di atas memiliki
keterkaitan. Kalimat “Selamat Jalan”
merupakan ungkapan dari adanya kalimat sebelumnya, yaitu “Selamat Datang”. Kalimat “Selamat
Datang” dapat dimaknai secara utuh ketika adanya kalimat sesudahnya, yaitu
“Selamat Jalan”, begitu juga sebaliknya.
Keberadaan koteks dalam suatu wacana
menunjukkan bahwa struktur suatu teks memiliki hubungan dengan teks lainnya.
Hal itulah yang membuat suatu wacana menjadi utuh dan lengkap.
c. Pengertian
Konteks
Kridalaksana (2011:134) menyatakan
bahwa konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait
mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-sama memiliki
pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara.
Mulyana (2005: 21) konteks merupakan sebab dan alasan terjadinya
suatu pembicaraan. Peristiwa adanya konteks dalam suatu tuturan
dapat dilihat dari bagan berikut.
Proses Peristiwa Bertutur
Pembicara (O1) à Pasangan Bicara (O2)
Maksud (pra ucap) à pemahaman (pascaucap)
Pensandian (encoding) à pembacaan sandi (decoding)
Pengucapan (fonasi) à penyimakan (audisi)
KONTEKS
Sumber: Mulyana,
(2005:21)
Konteks yang berkaitan dengan
partisipan (penutur) juga sangat berperan dalam
memahami makna dan informasi tuturan. Misalnya muncul tuturan berikut ini. “hanya
Oreo” kata pada akhir iklan Oreo memiliki arti seolah-olah hanya oreo biskuit
rasa coklat yang paling enak dan lezat. Contohnya lain seperti dialog di bawah ini.
Dialog
I
Pembicara : Ibu
Pendengar : Bapak
Tempat : Rumah
Situasi : Sedang menunggu anaknya kembali dari rumah pamannya karena
Pendengar : Bapak
Tempat : Rumah
Situasi : Sedang menunggu anaknya kembali dari rumah pamannya karena
mengambil
sesuatu yang dipinjam
Waktu : Pukul 09.00 Wib.
Ketika si anak kembali, si ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang.”
Dialog II
Ketika si anak kembali, si ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang.”
Dialog II
Pembicara : Ibu
Pendengar : Bapak
Tempat : Rumah
Situasi : Menunggu anaknya yang belum kembali dari rumah temannya
Pendengar : Bapak
Tempat : Rumah
Situasi : Menunggu anaknya yang belum kembali dari rumah temannya
Waktu : Pukul 00.00 Wib
Ketika si anak datang, si Ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang”.
Ketika si anak datang, si Ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang”.
Jika diperhatikan kalimat “Cepat sekali kamu
pulang”.pada dua contoh dialog di atas, memiliki makna yang
berbeda. Pada dialog pertama memiliki makna rasa heran seorang ibu melihat
anaknya yang cepat sekali mengambil barang dari rumah pamannya. Akan teta[i
berbeda dengan dialog kedua, kalimat “Cepat sekali kamu
pulang” memiliki makna sindira.
B.
Hubungan antara Teks, KoTeks, dan Konteks
Hubungan antara teks, koteks, dan
konteks sangat berkaitan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi hakikat yang
telah di bahas pada bahasa di atas, yakni bahwa teks adalah satuan bahasa yang
terlengkap yang di dalamnya terdapat topik serta bersifat kohesi dan koherensi.
teks bisa berupa bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan (tutur). Sedangkan
koteks merupakan unsur yang memiliki keterkaitan dan kedudukannya sejajar
dengan teks yang didampinginya. Koteks dapat mendahului maupun membelakangi
teks. Dan kemudian konteks merupakan aspek-aspek yang saling berkaitan dengan
ujaran tertentu sehingga timbul sebuah pembicaraan. Aspek tersebut bisa berupa
konteks secara situasi maupun pengetahuan.
Hubungan teks, koteks, dan konteks
dapat tergambar pada contoh berikut.
Contoh dialog “Bang 2, pedes” di atas, semisal pada abang penjual bakso.
Jika pembeli mengatakan demikian dan si Abang penjual bakso memahaminya maka
hal tersebut dapat dikatakan sebagai wacana. Dengan teks berupa kalimat “Bang
2, pedes”. Sedangkan koteksnya berup penjelas “2, pedes”, kemudian konteksnya
mengacu pada situasi, dimana tidak ada lagi penjual bakso selain tukang bakso
tersebut pembeli menghampiri tukang bakso tersebut. konteks berubah jika
situasinya terdapat lebih dari satu tukang bakso dan pembeli tidak menghampiri
tukang bakso yang dimaksudkan.